Sulawesi Community Foundation (SCF) mengadakan Diskusi Kelompok Terarah (FGD) terkait Tata Kelola Hutan di Desa Lambanan (Kamis, 4/08/2022), dan Desa Tibussan (Jumat, 5/08/2022). Kedua Desa tersebut merupakan bagian dari Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu. Selain Kelompok Tani Hutan, kegiatan ini juga dihadiri oleh Penyuluh Kehutanan dari Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH Latimojong), Tim Program Pengembangan Kopi Latimojong, serta Aparat Pemerintah Desa.

Dari kiri ke kanan,; Ahsan,(berdiri), Rusman (Ketua Kelompok Tani Hutan Desa), Burhanuddin (Kepala Desa Lambanan), Adrianto (Penyuluh Kehutan KPH)

Foto dari kiri ke kanan; Muliadi Makmur (Sekertaris SCF), Zaenal (Pelaksana Program), dan Juritno (Kepala Desa Tibussan)
Diskusi di Desa Lambanan dipandu oleh Ahsan (Fasilitator Desa), sementara di Desa Tibussan difasilitasi oleh Zaenal (Pelaksana Program). Mereka berdua bekerja untuk program Pengembangan Kopi Berkelanjutan di Kawasan Latimojong. Dengan sabar mereka memandu jalannya diskusi, dan menghimpun beberapa ide-ide yang mencuat lalu dijadikan kesapakatan bersama.

Hasjono (mengenakan kaos merah lengan panjang), Ketua Kelompok Tani Hutan Desa Tibussan, bersama anggota kelompok.
Melalui FGD tersebut, peserta menyepakati pembagian areal zona inti dan zona pemanfaatan pada Hutan Desa Lambanan, dan Hutan Desa Tibussan. Idealnya, dalam areal kerja Perhutanan Sosial tidak semua lahan dimanfaatkan, tetapi juga memberi ruang pada perlindungan ekositem. Selain itu, LPHD Lambanan dan LPHD Tibussan juga ingin mengusulkan revisi areal perhutanan sosial yang kurang sesuai dengan pemanfaatan saat ini.
“Harapan kami ke depan, mudah-mudahan apa yang kita sepakati hari ini dapat terwujud. Coba lihat, dulu waktu masih banyak pohon, tanah kita subur. Tapi sekarang karena sudah tidak ada lagi pelindung akibat tanaman cengkeh, sudah mulai gersang. Itu sebabnya, mari kita maksimalkan tanaman kopi kita, kita rawat, dan pelihara, karena tanaman kopi pasti membutuhkan tanaman pelindung”. Tutur Kepala Desa Tibussan di akhir diskusi.