Menjadi fasilitator lapangan tidaklah semudah yang dipelajari di pelatihan-pelatihan. Dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, sikap, juga motivasi yang kuat untuk terlibat dalam karya dan kepedulian yang tulus ikhlas terhadap masyarakat yang membutuhkan tanpa niat menggurui. Prinsip pembangunan swadaya dan berkelanjutan harus selalu jadi pedoman.
Begitulah yang dirasakan Sulis (27 tahun) yang selama beberapa tahun terakhir terlibat aktif di Sulawesi Community Foundation dalam mendampingi masyarakat di wilayah-wilayah yang dikelola SCF. Saat ini Sulis tengah menjadi fasilitator untuk Program Peduli.
Pengabdian kepada masyarakat menurutnya seperti panggilan jiwa, kendati tawaran akan pekerjaan lain tak kalah menggiurkan. Bagi Sulis, bepergian ke tempat-tempat baru, bercengkerama dengan orang-orang baru setiap waktunya adalah pengalaman tak terbeli, pembelajaran tiada habis. Jauh berbeda dengan pekerjaan yang mengharuskan ia melakukan aktivitas monoton setiap hari. Selalu ada saja hal baru yang ditemui, selalu ada saja yang menuntutnya untuk bertumbuh dan memperluas cakrawala pandang. Meski tentu diakuinya pula, bahwa tantangan yang ia hadapi tidak mudah dan sedikit. Tantangan seperti akses geografis, kendala komunikasi atau bahasa, keterbatasan sarana-prasana, penerimaan masyarakat, kultur setempat, adalah ihwal yang umum Sulis hadapi.
“Menjadi orang lapangan mengharuskan kita sigap dan beradaptasi dalam waktu cepat. Berpindah-pindah adalah hal biasa. Ransel saya inilah rumah saya yang sebenarnya,” ungkap ia penuh semangat.
“Dengan bekal pengalaman yang saya pelajari di masyarakat desa selama ini, besar harapan ketika pulang nanti saya dapat membangun kampung halaman saya sendiri.” Ia mengaku tanah kelahirannya masih sangat jauh disebut layak dan sejahtera. Banyak lahan persawahan tak tergarap karena alasan banjir, sangat minim kegiatan pemberdayaan masyarakat, kecuali pembangunan infrastruktur yang tiap tahun juga amblas digilas air. Harapan besar tersebutlah yang memotivasi Sulis untuk berkelana dan membangun masyarakat desa tertinggal dari lini mana pun yang ia mampu.
“Ilmu dari masyarakat dan akan diterapkan untuk kesejahteraan masyarakat,” tutup Sulis. (RUM)