Perubahan ekonomi masyarakat adat sedang tumbuh di Desa Kaluppini, sebuah permata nilai-nilai adat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Serangkaian diskusi sosial kewirausahaan yang digagas oleh Sulawesi Cipta Forum (SCF) sebagai pelaksana Program Estungkara dari Kemitraan. Fokus pendekatan kegiatan ini menargetkan perempuan dan anak muda Desa Kaluppini. Alasannya sederhana namun kuat: perempuan dikenal lebih dominan dalam bersosialisasi dan menginisiasi obrolan di tengah masyarakat. Harapannya, percakapan sehari-hari di komunitas akan beralih seputar potensi dan keberhasilan budidaya cabai.
Pada bulan Mei lalu, dua kegiatan diskusi diselenggarakan dengan menghadirkan Bapak Beni Arman dari Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pedesaan Swadaya (P4S) Laskar Pelangi Salo dua Maiwa, sebagai narasumber utama. Bapak Beni Arman (45), seorang praktisi ulung di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, serta pemilik Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Cabai Salo Dua varietas cabai lokal unggulan Enrekang, berhasil menularkan semangat dan pengetahuannya yang berharga.
Diskusi pertama digelar di Desa Kaluppini, dengan sebagian besar pesertanya adalah kaum perempuan. Sesi ini membuka wawasan mereka tentang potensi kewirausahaan sosial dan bagaimana mereka dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Antusiasme para ibu menunjukkan kesadaran akan pentingnya kemandirian ekonomi.
Kegiatan kedua berlanjut di lokasi lahan produksi P4S Laskar Pelangi Salo Dua, Kecamatan Maiwa, dengan fokus mendalam pada budidaya cabai. Peserta tidak hanya menerima materi teori, tetapi juga diajak untuk melakukan observasi langsung. Mereka menyaksikan dan mempraktikkan proses penyemaian benih, penyiapan media tanam, perawatan, hingga pascapanen cabai. Pengalaman langsung ini krusial untuk menumbuhkan keyakinan dan keterampilan.
Bapak Sulaiman (50), salah satu peserta, mengungkapkan, “Kegiatan ini merupakan pengalaman yang baru dan saya mendapatkan pengetahuan baru yang akan saya terapkan saat kembali ke Desa Kaluppini.” Ibu Ramlah (32) juga menambahkan, “Pengalaman saya bertani cabai sangat menguntungkan, misalnya ketika anak sekolah butuh uang jajan langsung ada. Jadi intinya jika asap dapur rumah ingin tetap mengepul maka budidaya cabai adalah solusinya, apalagi jika pengepul sudah ada di desa maka petani tidak susah lagi untuk mencari pasar.” Pernyataan Ibu Ramlah ini semakin memperkuat alasan mengapa kaum perempuan menjadi target utama, karena mereka merasakan langsung dampak ekonomi yang nyata dari budidaya cabai.
Pasca dua diskusi ini, animo masyarakat Desa Kaluppini, terutama para perempuan dan anak muda, terhadap budidaya cabai melonjak drastis. Hingga hari ini, tercatat 60 orang petani telah menyemai benih cabai Salo Dua. P4S Laskar Pelangi akan terus mendampingi mereka sebagai konsultan, dengan Bapak Beni Arman siap berbagi pengetahuan dan pengalaman jika petani menghadapi kendala.
Ekosistem Ekonomi Terpadu dan Berkelanjutan
SCF bersama KEMITRAAN melalui Program Estungkara juga tengah merancang ekosistem ekonomi Desa Kaluppini secara komprehensif, melibatkan seluruh komponen kelompok ekonomi yang ada. Koperasi Merah Putih (KMP) akan menjadi pemimpin dalam menggerakkan roda ekonomi desa. KMP tidak hanya berperan sebagai sumber permodalan, tetapi juga sebagai pengepul dan pembuka akses pasar bagi seluruh hasil produksi desa, baik pertanian, perkebunan, peternakan, maupun produk lainnya.
Sementara itu, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akan fokus pada kegiatan produksi dan pendampingan petani. Konsep ini bertujuan agar petani dapat berkonsentrasi penuh pada produksi tanpa perlu pusing memikirkan pemasaran hasil panen. BUMDes akan hadir sebagai konsultan dan pendamping ketika petani menghadapi kendala dalam proses produksi.
Yang menarik, budidaya cabai Salo Dua akan mengusung konsep pertanian organik dengan memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk utama. Hal ini sejalan dengan rencana BUMDes untuk mengembangkan usaha peternakan kambing melalui program ketahanan pangan dengan anggaran Dana Desa. Harapannya, akan tercipta pertanian terintegrasi antara pertanian dan peternakan.
Untuk mendukung keberlanjutan kegiatan ini, masyarakat Desa Kaluppini akan menginisiasi Sekolah Lapang Hortikultura dengan materi Budidaya Cabai. Ibu Fatmawati, salah satu perempuan adat Kaluppini, bahkan telah menyiapkan lahan di samping rumahnya sebagai demo plot (demplot) percontohan budidaya cabai. Bapak Muhammad Ikbar (48), PLH. Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Enrekang, menyambut baik inisiatif ini dan mengarahkan agar berkoordinasi dengan Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Enrekang untuk meminta fasilitasi dari Bidang Penyuluh Kabupaten dalam kegiatan Sekolah Lapang Hortikultura.
Dengan pendekatan yang memberdayakan perempuan dan anak muda desa sebagai agen perubahan, serta dukungan dari berbagai pihak seperti P4S Laskar Pelangi, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, KMP, dan BUMDes, Desa Kaluppini sedang dalam jalur yang tepat menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Transformasi ini bukan hanya tentang menanam cabai, melainkan menanam harapan dan masa depan yang lebih cerah bagi seluruh komunitas.
Penulis: Muslimin Lancong, SCF
Sumber: Transformasi Kaluppini, Perempuan dan Anak Muda Penggerak Ekonomi Desa










